edisi kali ini merupakan kelanjutan dari edisi sebelumnya tentang adab-adab ketika hendak tidur. Meskipun demikian, kami belum dapat menyebutkan secara keseluruhan adab-adab tersebut mengingat adanya keterbatasan tempat. Bagi pembaca yang ingin membahas dan mengkajinya secara lebih lengkap dapat merujuk pada buku doa-doa dan dzikir-dzikir yang bersumber dari Al-Qur´an dan Al-Hadits. Semoga pembahasan yang sedikit ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Selamat membaca.

Memisahkan anak ketika tidur

Di antara perkara-perkara yang penting untuk diperhatikan oleh para orang tua terkait dengan anak yang telah mendekati usia baligh adalah memisahkan tempat tidur anak laki-laki dan perempuan, serta tidak membiarkan mereka tidur bersama di satu tempat. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مُرُوا أَوْلادَكُمْ بِالصَّلاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ وَأَبُو دَاوُدَ.

Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, pukullah mereka disebabkan meninggalkannya ketika telah berumur sepuluh tahun, dan pisahkan mereka (antara laki-laki dan perempuan) di tempat tidur mereka. (HR. Ahmad dan Abu Daud)

Dzikir-dzikir dan Doa-doa sebelum tidur dan setelah bangun dari tidur

Hendaknya seorang muslim selalu mengingat dan berdzikir kepada Allah subhanahu wa ta’ala di setiap keadaan, termasuk ketika hendak tidur. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

« مَنْ اضْطَجَعَ مَضْجَعاً لا يَذْكُرُ اللَّهَ فِيهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنْ اللَّهِ تِرَةٌ »

Barangsiapa berbaring di tempat pembaringan dalam keadaan tidak berdzikir kepada Allah, maka ia mendapat tirah (pengurangan dan penyesalan) dari Allah. (HR. Abu Daud, dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

1. Membaca Surat Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Naas sebanyak tiga kali

Dari shahabiyah `Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau menuturkan:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ وَ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ

Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu apabila hendak beristirahat di tempat tidurnya pada setiap malamnya, beliau menghimpun kedua telapak tangannya, kemudian menyemburkan sedikit ludah pada keduanya seraya membaca

“قل هو الله أحد” (surat Al-Ikhlash),

“قل أعوذ برب الفلق” (surat Al-Falaq), dan “قل أعوذ برب الناس” (surat An-Naas). Setelah itu mengusapkan kedua telapak tangannya tersebut semampunya ke seluruh tubuhnya, dimulai dari kepala, wajah, dan semua bagian depan tubuhnya. Perbuatan ini beliau lakukan sebanyak tiga kali. (HR. Al-Bukhari)

2. Membaca ayat kursi

Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits yang panjang, kisah antara Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dengan seorang pencuri harta zakat yang dijaga oleh beliau. Sang pencuri berkata kepada beliau radhiyallahu ‘anhu:

إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ “آيَةَ الْكُرْسِيِّ” لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللهِ حَافِظٌ وَلا يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ.

Jika engkau hendak tidur di pembaringanmu, maka bacalah ayat kursi, niscaya engkau akan selalu mendapatkan penjagaan dari Allah, dan setan tidak akan mendekatimu sampai pagi.

Ketika kejadian ini disampaikan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda:

صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ، ذَاكَ شَيْطَانٌ

Kali ini dia berkata benar kepadamu padahal ia pendusta, dia adalah setan. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

3. Bertasbih 33 kali bertahmid 33 kali bertakbir 34 kali

Di antara tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika hendak tidur adalah bertasbih 33 kali, bertahmid 33 kali, dan bertakbir 34 kali. Sebagaimana dalam hadits:

أَنَّ فَاطِمَةَ عَلَيْهَا السَّلاَم أَتَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْأَلُهُ خَادِمًا, فَقَالَ أَلاَ أُخْبِرُكِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكِ مِنْهُ, تُسَبِّحِينَ اللَّهَ عِنْدَ مَنَامِكِ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ وَتَحْمَدِينَ اللَّهَ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ وَتُكَبِّرِينَ اللَّهَ أَرْبَعًا وَثَلاَثِينَ

Bahwa Fatimah radhiyallahu ‘anha mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta kepada beliau seorang pembantu rumah tangga, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maukah engkau aku tunjuki sesuatu yang lebih baik bagimu daripada pembantu rumah tangga tersebut? (Yaitu) engkau bertasbih (mengucapkan Subhanallah) sebelum tidur 33 kali, bertahmid (mengucapkan Alhamdulillah) 33 kali, dan bertakbir (mengucapkan Allahu Akbar) 34 kali. (HR. Al-Bukhari dan Muslim, dari shahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu)

4. Membaca doa sebelum tidur

Diantaranya:

a) Diriwayatkan dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, “Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jika hendak tidur membaca:

بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوتُ وَأَحْيَا

Dengan nama-Mu, ya Allah, aku mati dan hidup. (HR. Al-Bukhari)

b) Shahabat Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu pernah meminta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar menyuruhnya berdzikir atau berdoa di pagi dan petang hari, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai Abu Bakar, ucapkanlah:

اللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ رَبَّ كُلِّ شَىْءٍ وَمَلِيكَهُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِى وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشَرَكِهِ وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِى سُوءًا أَوْ أَجُرَّهُ إِلَى مُسْلِمٍ

Wahai Allah, Dzat Yang Maha Menciptakan langit-langit dan bumi. Yang Maha Mengetahui perkara yang ghaib dan perkara yang nyata. Tidak ada sesembahan yang haq (untuk diibadahi) kecuali Engkau. Rabb segala sesuatu dan Penguasanya (Pemiliknya). Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan jiwaku, dan dari kejahatan setan serta seruannya kepada kesyirikan. Dan (aku berlindung) agar jangan sampai aku menjerumuskan diriku kepada kejelekan atau aku menimpakannya kepada seorang muslim.

Rasulullah melanjutkan, “Ucapkanlah dzikir/doa tersebut di pagi hari, petang hari, dan ketika engkau hendak tidur.” (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

c) Diriwayatkan dari shahabat Al-Bara´ bin `Azib radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajari seseorang untuk mengucapkan doa berikut bila ia hendak tidur:

اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ وَوَجَّهْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ لاَ مَلْجَأَ وَلاَ مَنْجَا مِنْكَ إِلاَّ إِلَيْكَ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ

Ya Allah, kuserahkan diriku kepada-Mu, kulimpahkan urusanku kepada-Mu, kuhadapkan wajahku kepada-Mu, dan kusandarkan punggungku kepada-Mu, dalam keadaan penuh harap dan cemas hanya kepada-Mu. Tidak ada tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari-Mu kecuali hanya kepada-Mu. Aku beriman kepada kitab-Mu yang Engkau turunkan dan (beriman kepada) nabi-Mu yang Engkau utus. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

d) Diriwayatkan pula dari shahabat Anas radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, “Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jika hendak beristirahat di tempat tidurnya beliau mengucapkan

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَنَا وَسَقَانَا وَكَفَانَا وَآوَانَا فَكَمْ مِمَّنْ لا كَافِيَ لَهُ وَلا مُؤْوِيَ

Segala puji bagi Allah yang telah memberi makan, minum, mencukupi dan melindungi kami. Berapa banyak orang yang tidak mendapatkan kecukupan dan perlindungan. (HR. Muslim)

5. Membaca doa ketika bangun dari tidur

« الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ ».

Segala puji hanya bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan (menidurkan, red) kami, dan hanya kepada-Nya (kami) berkumpul. (HR. Al-Bukhari dari shahabat Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu ‘anhuma dan Muslim dari shahabat Al-Bara´ bin `Azib radhiyallahu ‘anhu)

Menceritakan mimpi yang baik dan berlindung dari mimpi yang buruk

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ رُؤْيَا يُحِبُّهَا فَإِنَّمَا هِيَ مِنَ اللَّهِ، فَلْيَحْمَدِ اللَّهَ عَلَيْهَا وَلْيُحَدِّثْ بِهَا، وَإِذَا رَأَى غَيْرَ ذَلِكَ مِمَّا يَكْرَهُ، فَإِنَّمَا هِيَ مِنَ الشَّيْطَانِ، فَلْيَسْتَعِذْ مِنْ شَرِّهَا وَلاَ يَذْكُرْهَا ِلأَحَدٍ، فَإِنَّهَا لاَ تَضُرُّهُ.

Jika salah seorang di antara kalian bermimpi dengan mimpi yang disukainya, sesungguhnya itu dari Allah, maka hendaklah ia memuji Allah karenanya dan menceritakannya. Namun jika bermimpi dengan selainnya dari mimpi yang dibencinya, sesungguhnya itu dari setan, maka hendaklah ia berlindung kepada Allah dari kejelekannya dan tidak menceritakannya kepada seorangpun. (Bila itu dilakukan), maka sesungguhnya tidak akan mencelakakannya. (HR. Al-Bukhari, dari shahabat Abu Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu)

Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا رَأَى أَحَدُكُمُ الرُّؤْيَا يَكْرَهُهَا، فَلْيَبْصُقْ عَنْ يَسَارِهِ ثَلاَثًا، وَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ ثَلاَثًا، وَلْيَتَحَوَّلْ عَنْ جَنْبِهِ الَّذِي كَانَ عَلَيْهِ.

Jika salah seorang di antara kalian bermimpi yang ia benci (bermimpi buruk), hendaknya ia meludah ke kiri tiga kali dan mengubah posisi tidurnya dari yang semula. (HR. Muslim, dari shahabat Jabir radhiyallahu ‘anhu)

Dari hadits di atas ada beberapa kesimpulan, diantaranya:

Mimpi itu ada yang baik dan ada yang buruk.
Mimpi yang baik dari Allah subhanahu wa ta’ala dan mimpi yang buruk dari setan.
Barangsiapa bermimpi dengan mimpi yang baik, hendaknya memuji Allah subhanahu wa ta’ala karena itu dari-Nya, kemudian menceritakannya kepada orang lain.
Barangsiapa bermimpi buruk, hendaknya meludah ke kiri tiga kali, kemudian berlindung kepada Allah ‘azza wa jalla dari setan, kemudian mengubah posisi tidurnya dari yang semula. Jika dia bangun kemudian shalat, maka itu lebih utama (afdhal), berdasarkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

” … فَإِنْ رَأَى أَحَدُكُمْ مَا يَكْرَهُ فَلْيَقُمْ فَلْيُصَلِّ وَلاَ يُحَدِّثْ بِهَا النَّاسَ …”

Jika salah seorang di antara kalian bermimpi buruk, hendaknya dia bangun, mengerjakan shalat dan tidak menceritakannya kepada orang lain.

Wallahu a’lam bishshawab.

Sumber : http://www.assalafy.org/